Aku selalu turun disaat aku mau dimanapun
dan kapanpun
Sesekali aku mengajak guntur dan kilat
menari bersama
Menari, mendayu membentuk sebuah ritme
Dendang lagu menuntunku ke awan
Bersama kegembiraan alunan air berderu
Namun
dibalik kegembiraan terkadang aku membawa sebutir kesedihan bagi hati yang
gelisah
Lihatlah disana!
Mentari enggan menyambutku
Ia selalu bersembunyi dan tidak peduli
pada hati yang gelisah
Hanya sebutir air kerinduan dari langit
yang setia menemaninya
Selalu
melekat dalam dinding kenangan
Jika aku telah pergi
Rintihan kesedihan berubah menjadi
segumpal kenangan
Rintik berbisik membekukan jiwa yang sepi
Embun melekat membawa sejuta harapan
Apakah ia mampu mencapai harapan itu?
Ataukah ia mulai lelah menggapai asa?
Hanya
ia yang mampu membuktikannya
Aku hanya turun pada harapan yang hampir
terbungkam
Menyeka insan yang sendu dengan alunan
alam yang mendawai
Membawa kedalam kehangatan
Kabut datang melenyapkan seluruh alunan
Hampir saja ia kehilangan harapan
Akupun menambah alunan untuk mengusik
kegelisahan
Bersama petrikor yang menenangkan jiwa
Embun kedamaian mengisahkan cerita
Angin berbisik lembut nan syahdu
Membawa
kepelukan kalbu
Harapan adalah fana
Ketika ku pergi, mimpi kembali datang
untuk mewujudkannya
Daun yang jatuh karena ulahku bukan
kehendakku, bukan juga kemauanku
Melainkan kuasa dari Ilahi
Renungkan!
Setiap daun yang gugur
Ia tak pernah menyalahkan bisikan angin
Harapan itu tidak pernah pupus
Setiap daun mengajarkan kita untuk
merelakan asa yang pergi
Karena
Tuhan telah mempersiapkan yang terbaik
Lihatlah!
Warna indah terlukis di langit mulai
menyapa dalam kebahagiaan
Lihatlah!
Mentari yang siap membakar semangat setiap
insan yang memiliki mimpi
Titik air mulai sirna bersama keputusasaan
Bunga dan daun mulai bersemi
Meninggalkan rintihan kesedihan
Kuucapkan selamat tinggal
Kidungku selalu menemanimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar