Selasa, 02 Juli 2019

Kidung Hujan


Aku selalu turun disaat aku mau dimanapun dan kapanpun
Sesekali aku mengajak guntur dan kilat menari bersama
Menari, mendayu membentuk sebuah ritme
Dendang lagu menuntunku ke awan
Bersama kegembiraan alunan air berderu
Namun dibalik kegembiraan terkadang aku membawa sebutir kesedihan bagi hati yang gelisah
Lihatlah disana!
Mentari enggan menyambutku
Ia selalu bersembunyi dan tidak peduli pada hati yang gelisah
Hanya sebutir air kerinduan dari langit yang setia menemaninya
Selalu melekat dalam dinding kenangan
Jika aku telah pergi
Rintihan kesedihan berubah menjadi segumpal kenangan
Rintik berbisik membekukan jiwa yang sepi
Embun melekat membawa sejuta harapan
Apakah ia mampu mencapai harapan itu?
Ataukah ia mulai lelah menggapai asa?
Hanya ia yang mampu membuktikannya
Aku hanya turun pada harapan yang hampir terbungkam
Menyeka insan yang sendu dengan alunan alam yang mendawai
Membawa kedalam kehangatan
Kabut datang melenyapkan seluruh alunan
Hampir saja ia kehilangan harapan
Akupun menambah alunan untuk mengusik kegelisahan
Bersama petrikor yang menenangkan jiwa
Embun kedamaian mengisahkan cerita
Angin berbisik lembut nan syahdu
Membawa kepelukan kalbu
Harapan adalah fana
Ketika ku pergi, mimpi kembali datang untuk mewujudkannya
Daun yang jatuh karena ulahku bukan kehendakku, bukan juga kemauanku
Melainkan kuasa dari Ilahi
Renungkan!
Setiap daun yang gugur
Ia tak pernah menyalahkan bisikan angin
Harapan itu tidak pernah pupus
Setiap daun mengajarkan kita untuk merelakan asa yang pergi
Karena Tuhan telah mempersiapkan yang terbaik
Lihatlah!
Warna indah terlukis di langit mulai menyapa dalam kebahagiaan
Lihatlah!
Mentari yang siap membakar semangat setiap insan yang memiliki mimpi
Titik air mulai sirna bersama keputusasaan
Bunga dan daun mulai bersemi
Meninggalkan rintihan kesedihan
Kuucapkan selamat tinggal
Kidungku selalu menemanimu



Tidak ada komentar:

Posting Komentar